Tuesday, June 30, 2015

Sudut-sudut Tersembunyi dari Kepulauan Seribu - Jakarta - Indonesia




Subuh menjelang pada hari Sabtu itu, dan meski mata ini masih ingin terpejam, saya harus bangun. Dengan imin-imin bayangan penjelajahan singkat selama akhir pekan, saya memupuk kekuatan jiwa untuk tetap membuka mata, mengabaikan bujuk rayu kasur bantal guling, menyeret diri ke bawah pancuran shower kamar mandi.

Hujaman titik-titik air menhempas pada permukaan kulit, yang sedikit terkejut dengan sensasi sejuk, mendongkrak kesadaran diri kembali penuh. Sambil menikmati bulir-bulir sejuk air, teriring dendang sebuah melodi absurd dari pita suara saya.

Riang rasanya hati ini, membayangkan sejenak lagi langkah kaki saya akan bergerak dalam penjelajahan baru. Bahagia bahwa langkah yang biasa dibalut dengan sepatu kulit dalam salah satu gedung bertingkat perkantoran, akhirnya kembali melangkahkan kaki dalam sandal jepit nyaman sebagai seorang pejalan biasa.

Penjelajahan kali ini adalah penjelajahan pertama saya di tahun 2015, setelah rehat sejenak selama 7 bulan sejak terakhir kali saya menjelajah, ke Kerajaan Misool. Penjelajahan untuk mengobati rindu saya pada perjalanan. Penjelajahan yang saya paksa ada untuk mencoba sedikit mengobati luka di hati akibat kehilangan cinta suci dalam hidup saya untuk selama-lamanya di bulan Maret kemarin.

Wednesday, June 17, 2015

100 comments about street food (first 47 comments)


Street food istilah kerennya! Di Indonesia tercinta ini, street food lebih dikenal dengan julukan warung tenda aka. abang-abang. Dari warung tenda seafood sampai warung tenda nasi uduk. Dari abang siomay sampai abang jual kopi instant. Di luar negeri juga ga jauh beda, dari warung ini sampai warung itu dan dari “abang” ini sampai “abang” itu.

Street food identik dengan makanan/minuman orang lokal dengan harga yang relative bersahabat bagi pembelinya, terutama untuk takaran konsumen lokal. Menjual beraneka ragam makanan dan minuman yang cenderung bernuansa khas/common dan yang lagi populer, dari area dimana street food tersebut ditemui. Ambil contoh di Yogyakarta, tentunya banyak ditemui ibu-ibu penjual gudeg di pinggir jalan. Contoh lain di Hanoi, Vietnam, akan banyak ditemui penjual pho di tepi-tepi jalan raya, di sepenjuru kota.

Bagi saya street food adalah jati diri dan inti dari budaya suatu bangsa. Kenapa? Karena street food adalah makanan yang dikonsumsi dari semua lapisan masyarakat pada umumnya, dari yang muda sampai yang tua, dari yang kekurangan sampai yang kaya raya. Street food adalah sesuatu yang nyata, dimana penikmatnya tidak perlu banyak berlagak dalam menyantapnya, tidak perlu memenuhi aturan etika tertentu dalam menyantapnya. Nyata karena penikmat street food melakukan apapun yag mereka mau dalam menyantap sajian budaya tersebut. Penikmat street food tak peduli dengan segala ke-fancy-an dan keanggunan dalam menikmatinya. Jilatan bumbu yang meleleh di jemari adalah menjadi pelengkap nikmat dalam menyantap street food.

Berikut adalah kalimat pertama yang terlintas dari 99 teman, begitu mendengar kata-kata street food. Penasaran dengan pendapat para teman yang terdiri dari beragam background, beragam profesi? Yuk kita tengok komentar-komentar mereka.